Minggu, 02 November 2014

MENINGKATKAN KEMAMPUAN SPEAKING SISWA DENGAN ‘MAFIA GAME’



MENINGKATKAN KEMAMPUAN SPEAKING SISWA
DENGAN ‘MAFIA GAME’
BY: MARSUDIONO,S.Pd
            Bagi sebagian besar siswa Sekolah Menengah Atas (SMA), speaking merupakan kegiatan yang di anggap paling sulit dalam belajar bahasa Inggris. Hal ini disebabkan oleh faktor bahasa dan budaya. Secara Bahasa, penguasaan kosakata siswa masih rendah. Lado (1963: 89) mengatakan, “untuk dapat berkomunikasi lisan setidaknya diperlukan seribu kata.” Selain itu siswa masih dibebani oleh permasalahan tata bahasa (grammar) dan pengucapan kata (pronunciation) yang berbeda antara tulisan dan ucapannya.
Secara budaya siswa kurang terbiasa menyampaikan pendapat secara spontan dan lemah dalam berargumentasi. Dewi dalam Cahyono and Widiati  (2011:37) berkata, “ kemampuan berbicara bahasa Inggris adalah tugas yang sangat rumit. Tidak semua siswa mempunyai keberanian berbicara. Banyak siswa merasa cemas dan memilih diam.”
Untuk mengatasi permasalhan di atas, Citraningtyas dalam Cahyono and Widiati (2011:38) berpendapat, “ kelas yang pasif dapat dibuat lebih hidup dengan memberi tugas yang memicu siswa berpikir kritis dan berpikir kreatif. “
            Terkait dengan pendapat di atas, penulis mencoba menerapkan  metode mengajar speaking dengan ‘Mafia game’. Game ini pertama kali diperkenalkan oleh seorang relawan dari Peace Corps Amerika, Matthew Camilo Bunyi. Mafia game pada awalnya  diaplikasikan di kelas X SMAN I Sambit, Ponorogo, dan di luar dugaan siswa sangat antusias dan kelas menjadi hidup. Dari pengamatan penulis hal ini dikarenakan ketika siswa sudah terpancing emosinya maka ia akan berusaha untuk dapat berbicara dengan kemampuan seadanya. Maka game ini merupakan metode yang efektif untuk mengajarkan speaking karena siswa secara emosional akan terprovokasi untuk menyampaikan argumentasinya sehingga mereka secara spontan akan berkomentar. Kendala bahasa dapat diatasi karena dalam game ini siswa dapat berkomunikasi dengan keterbatasan kosakata yang mereka miliki. Dalam artikel ini penulis akan memaparkan bagaimana mafia game dapat meningkatkan kemampuan speaking siswa.

Konsep Mafia Game
Di http://id.wikipedia.org/wiki/Mafia dijelaskan bahwa, “mafia, juga dirujuk sebagai La Cosa Nostra (bahasa Italia: Hal Kami), adalah panggilan kolektif untuk beberapa organisasi rahasia di Sisilia dan Amerika Serikat. Mafia awalnya merupakan nama sebuah konfederasi yang orang-orang di Sisilia masuki pada Abad Pertengahan untuk tujuan perlindungan dan penegakan hukum sendiri (main hakim). Konfederasi ini kemudian mulai melakukan kejahatan terorganisir. Istilah "mafia" kini telah melebar hingga dapat merujuk kepada kelompok besar apapun yang melakukan kejahatan terorganisir.”
            Mafia game pada dasarnya tak jauh beda dari definisi di atas.   Game ini sangat cocok untuk kelas kecil maupun besar. Untuk mengaplikasikan mafia game  diperlukan dua siswa sebagai mafia, satu siswa sebagai polisi, satu siswa sebagai dokter dan lainnya sebagai penduduk desa. Dengan demikian jumlah berapa pun dalam satu kelas dapat memainkan mafia game ini.
Prosedur Mafia Game
Berikut adalah langkah – langkah menerapkan mafia game dalam pembelajaran speaking di kelas. Sebelum game dimulai, guru menyuruh semua siswa memejamkan mata. Kemudian guru membagikan kertas bertuliskan peran masing – masing siswa dalam game ini. Pastikan siswa satu dan yang lain tidak saling tahu apa peran temannya. Kemudian guru menjelaskan apa tugas tiap – tiap pemeran dalam game ini.  Pertama, dua siswa sebagai mafia bertugas memilih siapa penduduk desa yang akan dibunuh. Kedua, seorang siswa sebagai polisi yang bertugas menginterogasi siapa yang membunuh. Ia boleh menuduh siapa saja dari penduduk desa sebagai pembunuh. Ketiga, seorang siswa sebagai dokter yang bertugas menolong penduduk yang akan dibunuh.  Penduduk yang akan dibunuh oleh mafia tapi ditolong dokter akhirnya tidak jadi mati. Selanjutnya semua siswa lainnya sebagai penduduk desa.
Selanjutnya masuk ke kegiatan inti. Dalam kegiatan inti ada tiga peristiwa penting yaitu tahap perencanaan, malam eksekusi, dan penduduk desa marah. Pada tahap perencanaan, guru sebagai narrator menyuruh semua siswa pura-pura tidur. Kemudian menyuruh dua mafia bangun dan menentukan siapa yang akan di bunuh di malam pertama itu. Setelah itu guru menyuruh kedua mafia itu tidur lagi. Selanjutnya, guru meminta dokter untuk bangun dan memilih siapa yang akan diselamatkan. Setelah itu dokter tidur lagi. Bila pilihan mafia dan dokter sama maka penduduk tadi selamat.
Tahap berikutnya adalah cerita malam eksekusi. Di tahap ini guru sebagai narrator bercerita dalam bahasa Inggris, contohnya sebagai berikut:
“This night was dark. The electricity in  Sudirman street until Gajah Mada street was black out. Sulastri passed the street after drawing her money in BCA ATM. When she was passing the street near Gajah Mada Hotel, suddenly there was two men who were riding motorcycle robbed her bag containing money one hundred million rupiahs. Sulastri tried to defend her bag but the man kill Sulastri with a knife. Sulastri was dead and the robbers took her bag away. The morning had come, all villagers woke up.“
Yang terjemahan bebasnya sebagai berikut:
“ Malam itu sangat gelap. Listrik di kawasan Jl. Jendral Sudirman sampai Jl Gajah Mada padam. Sulastri (Nama siswa yang dipilih mafia untuk dibunuh)  melintasi jalan itu sehabis mengambil uang di ATM BCA. Ketika dia sedang melintasi jalan  dekat Hotel Gajah Mada, tiba-tiba ada dua orang mengendarai sepeda motor menjambret tasnya yang berisikan uang seratus juta rupiah. Sulastri berusaha mempertahankan tasnya tapi lelaki itu membunuhnya dengan pisau.  Sulastri  tewas dan perampok membawa kabur tasnya. Pagi telah tiba, penduduk desa bangun.”
Kemudian semua siswa bangun. Guru menyuruh Sulastri keluar dari permainan karena dia sudah mati. Dia duduk di belakang dan mengamati permainan. Lalu guru berkata, “pagi ini Sulastri tewas di tangan mafia. Kita harus menemukan siapa mafia itu. Menurut kalian siapa mafia itu?”
Anggono (Mafia) berkata, “menurut saya yang membunuh sulastri adalah Suprapto, karena kemarin saya tahu dia dipanggil TU karena masih menunggak SPP selama lima bulan. Barangkali dia merampok Sulastri untuk melunasi SPPnya.
Suprapto menjawab, saya bukan pembunuh. Saya memang menunggak SPP lima bulan tapi untuk membayar itu orang tuaku akan menjual kambingnya. Saya malah curiga dengan Siska, karena dia cemburu dengan Sulastri yang dekat dengan Satrio pacar Siska. Siska menyuruh pembunuh bayaran untuk menghabisi Sulastri dengan berpura pura sebagai perampok. Saya tahu pisau yang digunakan membunuh itu adalah pisaunya siska. Aku pernah melihat pisau itu di dalam tasnya siska.
Siska kemudian berargumentasi, “tak mungkin aku menjadi otak pembunuhan itu. Sulastri teman dekatku. Pisau bias saja sama.”
Polisi berkata, “Justru kebanyakan kriminal dilakukan oleh orang terdekat.”
Selanjutnya guru sebagai narrator membuat voting. Siapa yang sependapat pembunuhnya adalah siska atau Suprapto. Bila kebanyakan warga menuduh Siska maka Siska dinyatakan bersalah dan di bawa ke penjara. Siska keluar dari permainan.
Selanjutnya guru menyuruh siswa tidur lagi dan masuk malam kedua. Langkahnya sama dengan malam pertama. Permainan ini terus berlanjut sampai penduduk desa habis atau mafianya masuk penjara. Yang perlu di catat guru harus berusaha setiap penjelasan dan apa pun yang disampaikan oleh guru maupun siswa harus semaksimal mungkin dengan bahasa Inggris. Bila ada ungkapan yang sulit, guru dapat membantu menerjemahkannya.
Setelah permainan selesai guru mendiskusikan game tadi dengan siswa dengan memfokuskan pada ajaran moral atau karakter yang dibangun dalam game tadi. Guru juga perlu membahas pesan moral dalam game tadi, misalnya orang yang dituduh bersalah dan dipenjara ternyata belum tentu bersalah dan betapa sulitnya mengungkap mafia pembunuhan. Apa yang ada di berita media massa bisa jadi hal itu merupakan pembohongan public. Hidup adalah panggung sandiwara dan yang tampak di panggung adalah para pemain, sedang sutradara dan yang membuat skenarionya ada di belakang layar. Itulah sebabnya otak intelektual suatu tindak kriminal sering kali tak tertangkap karena yang ditonton oleh orang umum adalah para pemain di panggung. Yang ditangkap dan yang dipenjara adalah para pemain yang sebenarnya hanya berbuat sesuai pesanan sang sutradara.

Referensi
Cahyono, B. Y. And Widiati, U 2011. The Teaching of English as a Foreign Language.
Lado R 1963. Linguistics Across Cultures. The University of Michigan Press: Ann Arbor
http://id.wikipedia.org/wiki/Mafia.  Definisi Mafia .diakses 18 Oktober  2013.

Marsudiono, S.Pd
NIP 19740821 200701 1 008
Guru Bahasa Inggris SMAN 1 Sambit, Ponorogo.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar