Minggu, 02 November 2014

ptk bab 2 dion



BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Menulis Paragraf
Cramer (1989:20) berpendapat, “a paragraph is a group of sentences put together, one right after another. These sentences tell about one general theme or idea. This idea is called the main idea.” Selaras dengan pendapat itu Oshima dan Hogue (1983:3), mendifinisikan, “a paragraph is a basic unit of organization in writing in which a group of related sentences develops one idea.” Paragraf bisa pendek yang terdiri dari satu kalimat ataupun panjang yang terdiri dari sepuluh kalimat atau lebih. Jumlah kalimat bukanlah hal yang penting bahkan paragraf tidak perlu panjang semasa cukup memberikan informasi dan menjabarkan pikiran utama. Fungsi paragraf ialah membantu pembaca dalam membedakan gagasan satu ke gagasan berikutnya dari sebuah komposisi. Sedangkan menurut McCrimmon (1984). “A paragraph can be seen as a set of related sentences that work together to express or develop an idea. “ Mencermati definisi tersebut, bisa di simpulkan bahwa paragraf merupakan satu kesatuan dari karya tulis yang mengekspresikan gagasan yang dikembangkan melalui kalimat pendukung dan saling berhubungan erat satu sama lain.
Menurut Oshima dan Hogue (1983:3), Kriteria paragraf yang baik harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:



a.       Kalimat Topik
Paragraf yang efectif dan baik harus mempunyai satu pokok dan dikembangkan dalam bentuk kalimat topik. Kalimat topik merupakan pernyataan dan ringkasan yang akan dikembangkan dalam paragraf. Biasanya kalimat topik berada di awal, di tengah dan di akhir paragraf.
b.      Kalimat Pengembang
Kalimat pendukung berfungsi sebagai penjabar dari kalimat topik. Kalimat pendukung semua mengacu pada kalimat topik sehingga paragraf dapat memenuhi kriteria ke-uniti-annya.
c.       Kesatuan
Sebuah paragraf dikatakan mempunyai kesatuan apabila paragraf tersebut membahas hanya satu pokok pikiran yang sebagai kalimat topik. Jadi paragraf yang mempunyai uniti yaitu kalimat-kalimat pengembang yang fokus pada kalimat topik.
d.      Koherensi
Paragraf dipertimbangkan mempunyai coherensi, apabila kalimat pendukung terikat satu sama lain sehingga pembaca akan lebih mudah membaca dari satu kalimat ke kalimat berikutnya.  Koherensi dapat tercipta di dalam paragraf apabila penulis secara akurat menggunakan transitional signal. Transitional signal merupakan kata-kata yang menghubungkan kalimat satu dengan lainnya seperti; and, or, but, thus, for example dan lainnya.
Para panulis menggunakan paragraf untuk mangelompokkan gagasan dan membantu pembaca untuk lebih mudah mengikuti alur pemikiran penulis.. Menurut pendapat Sorenson (1997), the paragraph that stands alone is written somewhat differently than one that is one block for a longer of writing.
B. Descriptive Text
1. Definisi dan   Fungsi Sosial
Descriptive is the text which are used to describe a particular place, person, or thing.. (Http://marsudiono-marsudiono.blogspot.com)

2. Generic Structure
A Descriptive text consists of :
-          Identification (mention the special participant)
-          Description of features (mention the part/thing, quality, and characteristics of subject being described)
3. Language Features:
-          Use of Simple Present Tense
-          Use of “be”: is, are, was, were for the identification and showing qualities
-          Use of verb ”have”: have, has, had, to give detailed description of the object’s features
-          Use of adjectives in describing especially the qualities
-          The use of adjectives and compound adjectives.
e.g. :
- a five hundred seated football stadium.
- a beautiful ancient Roman opera house.
-          The use of Linking Verbs/ relating verbs.
e.g. :
- The temple is so magnificent.
- The temple consists of five terraces.
-          The use of Simple Present Tense
e.g. :
- The museum houses hundreds of Greek Statues.
- The hotel provides 450 rooms and a large swimming pool.
-          The use of degree of comparison
e.g. :
- The weather in Jakarta is hotter than Bandung.
- Bogor has the same weather as Ungaran

4. Model Descriptive Text
PRAMBANAN TEMPLE
Identification:
Prambanan is the largest Hindu temple compound in Central Java in Indonesia, located approximately 18 km east of Yogyakarta.
Description:
The temple is a UNESCO World Heritage Site and is one of the largest Hindu temples in south-east Asia. It has tall and pointed architecture, typical of Hindu temple architecture, and by the 47m high central building inside a large complex of individual temples.
It was built around 850 CE by either Rakai Pikatan, king of the second Mataram dynasty, or Balitung Maha Sambu, during the Sanjaya Dynasty. Not long after its construction, the temple was abandoned and began to deteriorate. Reconstruction of the compound began in 1918. The main building was completed in around 1953. Much of the original stonework has been stolen and reused at other construction sites.
The temple was damaged during the earthquake in Java in 2006. Although the complex appears to be structurally okey, damage is significant. Large pieces of debris, including carvings, were scattered over the ground. The temple was closed to the public until damage can be fully assessed. However, some weeks later in 2006 the site re-opened for visitors. The immediate surroundings of the Hindu temples remain off-limits for safety reasons.

C. Cooperative Learning
Bagian ini akan dibahas menganai Cooperative Learning dan beberapa elemennya.
1. Definisi Cooperative Learning
Jacob (1999:13) berpendapat, “Cooperative Learning is a diverse group of instructional methods in which small groups of students work together and aid each other in completing academic tasks. It is one of the most remarkable and fertile areas of theory, research, and practice in education (Johnson, et al., 2000). It offers to organize the group works to enhance learning and increase academic achievement (Olsen and Kagan in Kessler, 1992:1).”  Cooperative Learning seharusnya diatur secara seksama sehingga setiap pembelajar mampu berinteraksi satu dengan yang lainnya sehingga pembelajar mampu meningkakan motivasi mereka dalam belajar.
Selanjutnya, Balkcom (1992) berargumentasi, “Cooperative Learning is a successful teaching strategy in which small teams, each with students of different levels of ability, use a variety of learning activities to improve their understanding of a subject. “ Setiap anggota kelompok bertanggungjawab terhadap proses pembelajaran yang diajarkan dan juga membantu teamworknya sehingga tercipta atmosfir prestasi yang membanggakan.
Sedangkan, Millis (1996) mendifinisikan Cooperative Learning sebagai sebuah prosedur instruksional untuk kelompok kecil dalam pembelajaran.  Pembelajar bekerjasama dalam menyelesaian tugas akademik dalam bentuk kelompok kecil yang saling membantu satu dengan lainya. Jadi secara  umum Cooperative Learning  harus mempunyai lima karakteristik: (1) Pembelajar bekerja sama dalam menyelesaikan tugas dengan pengendalian yang baik melalui kelompok kerja. (2) Pembelajar terdiri dari kelompok kecil yang beraggotakan tiga sampai lima pembelajar. (3) Pembelajar harus mempunyai ketrampilan berperilaku pro-sosial dalam aktivitas pembelajaran. (4) Pembelajar sebaiknya mempunyai positive- interdependent sehingga mereka merasa saling membutuhkan. (5) Pembelajar secara individu mempunyai akuntabilitas dan tanggungjawab atas kerja kelompoknya.
Selanjutnya beliau menegaskan pentingnya Cooperative Learning karena Cooperative Learning meningkatkan prestasi belajar dengan cara (1) menyediakan a shared cognitive set of information diantara pembelajar, (2) memotivasi pembelajar untuk menguasai materi, (3) meyakinkan pembelajar bahwa mereka mampu menyusun strategi pengetahuan masing-masing, (4) menyediakan formative feedback, (5) mengembangkan ketrampilan sosial, dan (6) memberi semangat interaksi positif diantara anggota yang berbeda sosial, budaya, ekonomi dan kemampuannya.
Secara singkat, berdasarkan pada teori di atas, Cooperative Learning dapat diaplikasikan untuk segala tingkatan, areal, subyek dan bentuk tugas apapun dengan dibarengi hubungan positive interpersonal serta kondisi psikologis yang sehat. Pernyataan ini didukung oleh (Johnson, 1994) bahwa Cooperative Learning  mampu memberikan dampak yang luar biasa terhadap pembelajaran language content dan skills semasa perilaku positif diterapkan dalam pembelajaran bahasa asing/kedua kedalam situasi riil.
2.  Elemen-Elemen Cooperative Learning
 Menurut Johnson and Johnson (1998) Cooperative Learning akan efeektif dengan memenuhi tujuh komponen dasar. Yang pertama dan yang paling penting dalam pelaksanaan Cooperative Learning  adalah positive interdependence. Elelmen ini akan tercapai ketika anggota kelompok berhubungan satu sama anggota lainnya. (Jacob, 1999). Ketika positive interdependence telah solid terbentuk, maka Cooperative Learning akan berjalan dengan mudah karena (a) usaha tiap angota kelompok akan diperlukan untuk keberhasilan kelompok dan (b) tiap anggota kelompok mempunyai kontribusi untuk meentukan usaha bersama.
Elemen yang kedua merupakan kunci utama dalam menjembatani keefektifan Cooperative Learning  yaitu rasa tanggung jawab atas kontribusi dirinya untuk menghantarkan tujuan kelompok. Ini meliputi tanggung jawab untuk (1) saling melengkapi satu dengan lainnya dan memfasilitasi pekerjaan anggota kelompok dengan cara mengurangi sifat egois. Although the students learn together, each must perform alone to show that he or she has to focus skills or knowledge (Jacob, 1999).
Elemen yang ketiga adalah promotive interaction yang bisa didefinisikan sebagai interaksi daalam anggota kelompok untuk mendorong dan mendukung tiap usaha anggota untuk menyelesaikan tugas sehingga dengan mudah akan mencapai tujuan dari kelompok.
Yang keempat adalah ketrampilan sosial yang meliputi cara pembelajar berinteraksi sesama anggota kelompok untuk meencapai tujuan tugas (Olsen and Kagan in Kessler, 1992). Untuk mencapai tujuan yang diharapkan, pembelajar seyogyanya diajarkan ketrampilan untuk meningkatkan mutu dari kerjasama dengan cara, pembelajar harus (1) saling percaya dan memahami, (2) berkomunikasi secara akurat dan tidak membingungkan, (3) saling menerima dan mendukung dan (4) Memecahkan masalah secar konstruktif. Ahkirnya, ketrampilan sosial membentuk dan memelihara kelanggengan persahabatan, saling sayang, saling perduli dalam kehidupan bertetangga (Johnson and Johnson, 1998).
Elemen yang kelima yaitu proses dalam kelompok, ini merupakan refleksi kinerja dalam kelompok untuk (1)  memastikan apakah kegiatan adri tiap-tiap anggota saling membentu atau belum (2) membuat keputusan apakah pelaksanaan ari tiap-tiap anggota diteruskan atau dirubah. Untuk mencapai tujuan tersebut, pembelajar pada kelompok Cooperative Learning  harus bekerja secara efektif karena akan berpengaruh pada apa yang direncanakan dalam proses telah mengalmi perubahan.
Elemen yang keenam adalah struktur. Struktur merupakan perrilaku individu dalam kelompok dalam berinteraksi yang dilakukan selangkah demi selangkah (Olsen and Kagan in Kessler, 1992:17). Sebagai contoh dalam strategi Think-Pair-Share-Square, langkah pertama pembelajar memikirkan dari pertanyaan secara individu, kedua meng interview temannya. Kemudian mengubah yang berpasangan kedalam bentuk saling berhadapan berbentuk segi empat dalam bertukar pikiran.
Elemen yang terakhir adalah pengelompokan secara heterogen. Stahl (1994) menyarankan bahwa dosen seharusnya mengatur anggota kelompok yang terdiri dari tiga, empat atau lima pembelajar sehingga ada peluang untuk terbentuk kelompok yang hiterogen berdasarkan kemampuannya., mulai kemampuan akademik, ras, gender sampai status sosial ekonomi.
Sebagai kesimpulan Cooperative Learning  merupakan salah satu strategi untuk mengatur pembelajar berkerjasama dalam bentuk kelompok kecil yang berfungsi untuk meningkatkan kemampuan dalam proses belajar dan pembelajaran Writing


1.      Peran Guru di Kelas Cooperative Learning
Banyak peran guru dalam pelaksanaan Cooperative Learning  di kelas bahasa, seperti yang di klsifikasikan Mc Donell in Kessler (1992) diantaranya adalah sebagai; pemeriksa, pencipta, pengamat, fasilitator dan agen perubahan. Keterangan lebih lanjut, peneliti membahas sebagai berikut.
Sebagai pemeriksa, peran guru adalah mengtahui hal-hal yang berhubungan dengan pembelajar tentang usia, tingkat kemampuan, pengalaman dan minat. Dengan peran ini guru dapat memahami budaya dan perbedaan linguistik peserta didiknya.
Sebagai pencipta, peran guru harus mampu menciptakan lingkungan belajar yang sehat dan nyaman serta tertata rapi. Petama menciptakan iklim sosial, kemudian menyusun program yang terkait dengan program pembelajaran serta pendekatan yang akan digunakan sehingga tujuan pemebelajaran akan tercapai dengan mudah.
Peran berikut sebagai pengamat, peran ini adalah mengamati minat, keunggulan, kebutuhan dan perasaan pembelajar. Observasi merupakan keputusan mendasar unutk mengatahui kemajuan dari . Dosen juga bisa mengetahui apa yang diambil maupun dibawa dari pengalaman belajar. Melalui observasi dosen dapat menemukan pertanyaan yang unik dari  dan juga cara menyelesaikannya, bahkan mampu mengases tentang budaya berbahasa , interaksi dalam kelompok mereka dan memonitor peserta  dalam mempraktekan ketrampilan sosialnya. Yang terakhir dari observasi ialah sebagai refleksi cara dan metode dosen dalm proses belajar dan pembelajaran.
 Berikut peran guru sebagai fasilitator yaitu memberikan  peserta didik dengan peran kebermaknaan, panduan menyelesaikan masalah da, dukungan serta dorongan untuk termotivasi dalam belajar. Through this role the teacher can easily interact, teach, refocus, question, clarify, support, expand, give feedback, observe students extending activity, encourage thinking, and manage conflict and redirect the group.
The last one is teacher as a change agent. In this case, the teacher has a key role in reforming classroom. According to Mc Donell in Kessler (1992), by becoming researchers, teachers can become experts and take over control of their classrooms. They trust their intuitions, take risks, and believe in themselves as part of the decision-making process.
D. Mind map
1. Pengertian Mind Map
Tony Buzan seorang ahli otak dan pembelajaran paling terkemuka saat ini, telah menemukan suatu alat berpikir yang dewasa ini telah dipakai oleh ratusan juta orang di seluruh dunia yaitu Mind Map. Berdasarkan penelitian Prof Roger Sperry, antara otak kiri dan otak kanan terdapat pembagian tugas yang berbeda. Otak kiri melakukan hal–hal yang bersifat kritis, sementara otak kanan melakukan hal-hal yang bersifat kreatif. Pada tahun 1981, Prof Sperry mendapat hadiah Nobel dalam bidang kedokteran untuk karyanya ini.
Menurut Yoga (2012) Mind Map memiliki beberapa fungsi. Pertama sebagai  alat untuk belajar dan berpikir yang mengoptimalkan kerja otak. Kedua, untuk mengelola alur pikiran yang bekerja sesuai dengan mekanisme kerja otak. Selanjutnya, Mind Map merupakan system untuk menyimpan dan memanggil informasi ke/dari dalam otak. Yang terakhir, Mind Map adalah catatan yang cepat dan mudah untuk dibuat serta diingat.
Lebih jauh Yoga (2012) memaparkan manfaat Mind Map sebagai berikut. Pertama, member pandangan menyeluruh pokok masalah atau area yang luas. Kedua, memungkinkan kita merencanakan rute atau membuat pilihan-pilihan dan mengetahui ke mana kita berada. Ketiga, menghimpun sejumlah besar data di satu tempat. Keempat, mendorong pemecahan masalah dengan membiarkan kita melihat jalan-jalan terobosan kreatif baru. Terakhir, menyenangkan untuk dilihat, dibaca, dicerna dan diingat.
2. Prosedur Mind Map
       Menurut Yoga (2012) langkah –langkah membuat mind map adalah sebagai berikut. Pertama, membuat Pusat. Pusat merupakan topic, tema, judul dari suatu materi yang akan di bahas, dianalisa atau dipelajari isinya. Kedua, membuat Kategori. Kategori merupakan bagian informasi dari suatu topik yang akan dibahas seperti Sub topik, sub tema, atau laksana bab dalam buku atau sub bab dalam suatu bab. Ketiga, membuat Hirarki. Hirarki merupakan urutan dari informasi yang saling berkaitan yang terdapat dalam setiap kategori. Keempat, membuat Korelasi. Korelasi menunjukkan hubungan antar informasi yang berada di hirarki dan /atau kategori yang berbeda seperti hubungan sebab akibat, keterkaitan tempat/waktu/pelaksana dll.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar