BAB
II
KAJIAN
PUSTAKA
A. Menulis
Paragraf
Cramer (1989:20) berpendapat, “a paragraph is a group of sentences put
together, one right after another. These sentences tell about one general theme
or idea. This idea is called the main idea.” Selaras dengan pendapat itu
Oshima dan Hogue (1983:3), mendifinisikan, “a paragraph is a basic unit of
organization in writing in which a group of related sentences develops one
idea.” Paragraf bisa pendek yang terdiri dari satu kalimat ataupun panjang
yang terdiri dari sepuluh kalimat atau lebih. Jumlah kalimat bukanlah hal yang
penting bahkan paragraf tidak perlu panjang semasa cukup memberikan informasi
dan menjabarkan pikiran utama. Fungsi paragraf ialah membantu pembaca dalam
membedakan gagasan satu ke gagasan berikutnya dari sebuah komposisi. Sedangkan
menurut McCrimmon (1984). “A paragraph can be seen as a set of related
sentences that work together to express or develop an idea. “ Mencermati
definisi tersebut, bisa di simpulkan bahwa paragraf merupakan satu kesatuan
dari karya tulis yang mengekspresikan gagasan yang dikembangkan melalui kalimat
pendukung dan saling berhubungan erat satu sama lain.
Menurut Oshima dan Hogue (1983:3), Kriteria paragraf yang baik harus
memenuhi persyaratan sebagai berikut:
a.
Kalimat Topik
Paragraf yang efectif dan baik harus mempunyai satu
pokok dan dikembangkan dalam bentuk kalimat topik. Kalimat topik merupakan
pernyataan dan ringkasan yang akan dikembangkan dalam paragraf. Biasanya
kalimat topik berada di awal, di tengah dan di akhir paragraf.
b.
Kalimat Pengembang
Kalimat pendukung berfungsi sebagai penjabar dari
kalimat topik. Kalimat pendukung semua mengacu pada kalimat topik sehingga
paragraf dapat memenuhi kriteria ke-uniti-annya.
c.
Kesatuan
Sebuah paragraf dikatakan mempunyai kesatuan apabila
paragraf tersebut membahas hanya satu pokok pikiran yang sebagai kalimat topik.
Jadi paragraf yang mempunyai uniti yaitu kalimat-kalimat pengembang yang fokus
pada kalimat topik.
d.
Koherensi
Paragraf dipertimbangkan mempunyai coherensi, apabila
kalimat pendukung terikat satu sama lain sehingga pembaca akan lebih mudah
membaca dari satu kalimat ke kalimat berikutnya. Koherensi dapat tercipta di dalam paragraf
apabila penulis secara akurat menggunakan transitional signal. Transitional
signal merupakan kata-kata yang menghubungkan kalimat satu dengan lainnya
seperti; and, or, but, thus, for example dan lainnya.
Para panulis menggunakan paragraf untuk mangelompokkan
gagasan dan membantu pembaca untuk lebih mudah mengikuti alur pemikiran
penulis.. Menurut pendapat Sorenson (1997), the paragraph that stands alone
is written somewhat differently than one that is one block for a longer of
writing.
B. Descriptive Text
1. Definisi dan Fungsi Sosial
Descriptive is
the text which are used to describe a particular place, person, or thing.. (Http://marsudiono-marsudiono.blogspot.com)
2. Generic
Structure
A Descriptive
text consists of :
-
Identification (mention the special participant)
-
Description of features (mention the part/thing,
quality, and characteristics of subject being described)
3. Language
Features:
-
Use of Simple Present Tense
-
Use of “be”: is, are, was, were for the
identification and showing qualities
-
Use of verb ”have”: have, has, had, to give
detailed description of the object’s features
-
Use of adjectives in describing especially the
qualities
-
The use of adjectives and compound adjectives.
e.g. :
- a five hundred seated football stadium.
- a beautiful ancient Roman opera house.
e.g. :
- a five hundred seated football stadium.
- a beautiful ancient Roman opera house.
-
The use of Linking
Verbs/ relating verbs.
e.g. :
- The temple is so magnificent.
- The temple consists of five terraces.
e.g. :
- The temple is so magnificent.
- The temple consists of five terraces.
-
The use of Simple
Present Tense
e.g. :
- The museum houses hundreds of Greek Statues.
- The hotel provides 450 rooms and a large swimming pool.
e.g. :
- The museum houses hundreds of Greek Statues.
- The hotel provides 450 rooms and a large swimming pool.
-
The use of degree of
comparison
e.g. :
- The weather in Jakarta is hotter than Bandung.
- Bogor has the same weather as Ungaran
e.g. :
- The weather in Jakarta is hotter than Bandung.
- Bogor has the same weather as Ungaran
4. Model Descriptive Text
PRAMBANAN
TEMPLE
Identification:
Prambanan is the largest
Hindu temple compound in Central Java in Indonesia, located approximately 18 km
east of Yogyakarta.
Description:
The temple is a UNESCO World
Heritage Site and is one of the largest Hindu temples in south-east Asia. It has
tall and pointed architecture, typical of Hindu temple architecture, and by the
47m high central building inside a large complex of individual temples.
It was built around 850 CE
by either Rakai Pikatan, king of the second Mataram dynasty, or Balitung Maha
Sambu, during the Sanjaya Dynasty. Not long after its construction, the temple
was abandoned and began to deteriorate. Reconstruction of the compound began in
1918. The main building was completed in around 1953. Much of the original
stonework has been stolen and reused at other construction sites.
The temple was damaged
during the earthquake in Java in 2006. Although the complex appears to be structurally
okey, damage is significant. Large pieces of debris, including carvings, were
scattered over the ground. The temple was closed to the public until damage can
be fully assessed. However, some weeks later in 2006 the site re-opened for
visitors. The immediate surroundings of the Hindu temples remain off-limits for
safety reasons.
C. Cooperative
Learning
Bagian ini akan dibahas menganai Cooperative Learning dan
beberapa elemennya.
1. Definisi Cooperative Learning
Jacob (1999:13) berpendapat, “Cooperative Learning is a diverse
group of instructional methods in which small groups of students work together
and aid each other in completing academic tasks. It is one of the most
remarkable and fertile areas of theory, research, and practice in education
(Johnson, et al., 2000). It offers to organize the group works to enhance
learning and increase academic achievement (Olsen and Kagan in Kessler,
1992:1).” Cooperative Learning
seharusnya diatur secara seksama sehingga setiap pembelajar mampu berinteraksi
satu dengan yang lainnya sehingga pembelajar mampu meningkakan motivasi mereka
dalam belajar.
Selanjutnya, Balkcom (1992) berargumentasi, “Cooperative Learning is
a successful teaching strategy in which small teams, each with students of
different levels of ability, use a variety of learning activities to improve
their understanding of a subject. “ Setiap anggota kelompok
bertanggungjawab terhadap proses pembelajaran yang diajarkan dan juga membantu teamworknya
sehingga tercipta atmosfir prestasi yang membanggakan.
Sedangkan, Millis (1996) mendifinisikan Cooperative Learning
sebagai sebuah prosedur instruksional untuk kelompok kecil dalam
pembelajaran. Pembelajar bekerjasama
dalam menyelesaian tugas akademik dalam bentuk kelompok kecil yang saling membantu
satu dengan lainya. Jadi secara umum Cooperative
Learning harus mempunyai lima
karakteristik: (1) Pembelajar bekerja sama dalam menyelesaikan tugas dengan
pengendalian yang baik melalui kelompok kerja. (2) Pembelajar terdiri dari
kelompok kecil yang beraggotakan tiga sampai lima pembelajar. (3) Pembelajar
harus mempunyai ketrampilan berperilaku pro-sosial dalam aktivitas
pembelajaran. (4) Pembelajar sebaiknya mempunyai positive- interdependent
sehingga mereka merasa saling membutuhkan. (5) Pembelajar secara individu
mempunyai akuntabilitas dan tanggungjawab atas kerja kelompoknya.
Selanjutnya beliau menegaskan pentingnya Cooperative Learning
karena Cooperative Learning meningkatkan prestasi belajar dengan cara
(1) menyediakan a shared cognitive set of information diantara
pembelajar, (2) memotivasi pembelajar untuk menguasai materi, (3) meyakinkan
pembelajar bahwa mereka mampu menyusun strategi pengetahuan masing-masing, (4)
menyediakan formative feedback, (5) mengembangkan ketrampilan sosial,
dan (6) memberi semangat interaksi positif diantara anggota yang berbeda
sosial, budaya, ekonomi dan kemampuannya.
Secara singkat, berdasarkan pada teori di atas, Cooperative Learning
dapat diaplikasikan untuk segala tingkatan, areal, subyek dan bentuk tugas apapun
dengan dibarengi hubungan positive interpersonal serta kondisi psikologis
yang sehat. Pernyataan ini didukung oleh (Johnson, 1994) bahwa Cooperative
Learning mampu memberikan dampak
yang luar biasa terhadap pembelajaran language content dan skills
semasa perilaku positif diterapkan dalam pembelajaran bahasa asing/kedua
kedalam situasi riil.
2. Elemen-Elemen Cooperative Learning
Menurut
Johnson and Johnson (1998) Cooperative Learning akan efeektif dengan
memenuhi tujuh komponen dasar. Yang pertama dan yang paling penting dalam
pelaksanaan Cooperative Learning
adalah positive
interdependence. Elelmen ini akan tercapai ketika anggota
kelompok berhubungan satu sama anggota lainnya. (Jacob, 1999). Ketika positive
interdependence telah solid terbentuk, maka Cooperative Learning
akan berjalan dengan mudah karena (a) usaha tiap angota kelompok akan
diperlukan untuk keberhasilan kelompok dan (b) tiap anggota kelompok mempunyai
kontribusi untuk meentukan usaha bersama.
Elemen
yang kedua merupakan kunci utama dalam menjembatani keefektifan Cooperative
Learning yaitu rasa tanggung jawab
atas kontribusi dirinya untuk menghantarkan tujuan kelompok. Ini meliputi
tanggung jawab untuk (1) saling melengkapi satu dengan lainnya dan
memfasilitasi pekerjaan anggota kelompok dengan cara mengurangi sifat egois. Although
the students learn together, each must perform alone to show that he or she has
to focus skills or knowledge (Jacob, 1999).
Elemen
yang ketiga adalah promotive interaction yang bisa didefinisikan sebagai
interaksi daalam anggota kelompok untuk mendorong dan mendukung tiap usaha
anggota untuk menyelesaikan tugas sehingga dengan mudah akan mencapai tujuan
dari kelompok.
Yang
keempat adalah ketrampilan sosial yang meliputi cara pembelajar berinteraksi
sesama anggota kelompok untuk meencapai tujuan tugas (Olsen and Kagan in
Kessler, 1992). Untuk mencapai tujuan yang diharapkan, pembelajar seyogyanya
diajarkan ketrampilan untuk meningkatkan mutu dari kerjasama dengan cara,
pembelajar harus (1) saling percaya dan memahami, (2) berkomunikasi secara
akurat dan tidak membingungkan, (3) saling menerima dan mendukung dan (4)
Memecahkan masalah secar konstruktif. Ahkirnya, ketrampilan sosial
membentuk dan memelihara kelanggengan persahabatan, saling sayang, saling
perduli dalam kehidupan bertetangga (Johnson and Johnson, 1998).
Elemen
yang kelima yaitu proses dalam kelompok, ini merupakan refleksi kinerja dalam
kelompok untuk (1) memastikan apakah
kegiatan adri tiap-tiap anggota saling membentu atau belum (2) membuat keputusan
apakah pelaksanaan ari tiap-tiap anggota diteruskan atau dirubah. Untuk
mencapai tujuan tersebut, pembelajar pada kelompok Cooperative Learning harus bekerja secara efektif karena akan
berpengaruh pada apa yang direncanakan dalam proses telah mengalmi perubahan.
Elemen
yang keenam adalah struktur. Struktur merupakan perrilaku individu dalam
kelompok dalam berinteraksi yang dilakukan selangkah demi selangkah (Olsen and
Kagan in Kessler, 1992:17). Sebagai contoh dalam strategi Think-Pair-Share-Square,
langkah pertama pembelajar memikirkan dari pertanyaan secara individu, kedua meng
interview temannya. Kemudian mengubah yang berpasangan kedalam bentuk
saling berhadapan berbentuk segi empat dalam bertukar pikiran.
Elemen
yang terakhir adalah pengelompokan secara heterogen. Stahl (1994) menyarankan
bahwa dosen seharusnya mengatur anggota kelompok yang terdiri dari tiga, empat
atau lima pembelajar sehingga ada peluang untuk terbentuk kelompok yang
hiterogen berdasarkan kemampuannya., mulai kemampuan akademik, ras, gender
sampai status sosial ekonomi.
Sebagai
kesimpulan Cooperative Learning
merupakan salah satu strategi untuk mengatur pembelajar berkerjasama
dalam bentuk kelompok kecil yang berfungsi untuk meningkatkan kemampuan dalam
proses belajar dan pembelajaran Writing
1.
Peran Guru di Kelas Cooperative Learning
Banyak peran guru dalam pelaksanaan Cooperative Learning di kelas bahasa, seperti yang di
klsifikasikan Mc Donell in Kessler (1992) diantaranya adalah sebagai;
pemeriksa, pencipta, pengamat, fasilitator dan agen perubahan. Keterangan lebih
lanjut, peneliti membahas sebagai berikut.
Sebagai pemeriksa, peran guru adalah mengtahui hal-hal yang berhubungan
dengan pembelajar tentang usia, tingkat kemampuan, pengalaman dan minat. Dengan
peran ini guru dapat memahami budaya dan perbedaan linguistik peserta didiknya.
Sebagai pencipta, peran guru harus mampu menciptakan lingkungan belajar
yang sehat dan nyaman serta tertata rapi. Petama menciptakan iklim sosial,
kemudian menyusun program yang terkait dengan program pembelajaran serta
pendekatan yang akan digunakan sehingga tujuan pemebelajaran akan tercapai
dengan mudah.
Peran berikut sebagai pengamat, peran ini adalah mengamati minat,
keunggulan, kebutuhan dan perasaan pembelajar. Observasi merupakan keputusan
mendasar unutk mengatahui kemajuan dari . Dosen juga bisa mengetahui apa yang
diambil maupun dibawa dari pengalaman belajar. Melalui observasi dosen dapat
menemukan pertanyaan yang unik dari dan
juga cara menyelesaikannya, bahkan mampu mengases tentang budaya berbahasa ,
interaksi dalam kelompok mereka dan memonitor peserta dalam mempraktekan ketrampilan sosialnya.
Yang terakhir dari observasi ialah sebagai refleksi cara dan metode dosen dalm
proses belajar dan pembelajaran.
Berikut peran guru
sebagai fasilitator yaitu memberikan
peserta didik dengan peran kebermaknaan, panduan menyelesaikan masalah
da, dukungan serta dorongan untuk termotivasi dalam belajar. Through this role
the teacher can easily interact, teach, refocus, question, clarify, support,
expand, give feedback, observe students extending activity, encourage thinking,
and manage conflict and redirect the group.
The last one is teacher as a change agent. In this case, the teacher
has a key role in reforming classroom. According to Mc Donell in Kessler
(1992), by becoming researchers, teachers can become experts and take over
control of their classrooms. They trust their intuitions, take risks, and
believe in themselves as part of the decision-making process.
D. Mind map
1. Pengertian Mind Map
Tony Buzan seorang ahli otak dan pembelajaran paling terkemuka saat
ini, telah menemukan suatu alat berpikir yang dewasa ini telah dipakai oleh
ratusan juta orang di seluruh dunia yaitu Mind Map. Berdasarkan penelitian Prof
Roger Sperry, antara otak kiri dan otak kanan terdapat pembagian tugas yang
berbeda. Otak kiri melakukan hal–hal yang bersifat kritis, sementara otak kanan
melakukan hal-hal yang bersifat kreatif. Pada tahun 1981, Prof Sperry mendapat
hadiah Nobel dalam bidang kedokteran untuk karyanya ini.
Menurut Yoga (2012) Mind Map memiliki beberapa fungsi. Pertama
sebagai alat untuk belajar dan berpikir
yang mengoptimalkan kerja otak. Kedua, untuk mengelola alur pikiran yang
bekerja sesuai dengan mekanisme kerja otak. Selanjutnya, Mind Map merupakan
system untuk menyimpan dan memanggil informasi ke/dari dalam otak. Yang
terakhir, Mind Map adalah catatan yang cepat dan mudah untuk dibuat serta
diingat.
Lebih jauh Yoga (2012) memaparkan manfaat Mind Map sebagai berikut.
Pertama, member pandangan menyeluruh pokok masalah atau area yang luas. Kedua,
memungkinkan kita merencanakan rute atau membuat pilihan-pilihan dan mengetahui
ke mana kita berada. Ketiga, menghimpun sejumlah besar data di satu tempat.
Keempat, mendorong pemecahan masalah dengan membiarkan kita melihat jalan-jalan
terobosan kreatif baru. Terakhir, menyenangkan untuk dilihat, dibaca, dicerna
dan diingat.
2. Prosedur Mind Map
Menurut Yoga (2012) langkah
–langkah membuat mind map adalah sebagai berikut. Pertama, membuat Pusat. Pusat
merupakan topic, tema, judul dari suatu materi yang akan di bahas, dianalisa
atau dipelajari isinya. Kedua, membuat Kategori. Kategori merupakan bagian
informasi dari suatu topik yang akan dibahas seperti Sub topik, sub tema, atau
laksana bab dalam buku atau sub bab dalam suatu bab. Ketiga, membuat Hirarki.
Hirarki merupakan urutan dari informasi yang saling berkaitan yang terdapat
dalam setiap kategori. Keempat, membuat Korelasi. Korelasi menunjukkan hubungan
antar informasi yang berada di hirarki dan /atau kategori yang berbeda seperti
hubungan sebab akibat, keterkaitan tempat/waktu/pelaksana dll.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar