(1)
Discovery Learning
a)
Langkah Pembelajaran menciptakan stimulus
(rangsangan)
Kegiatan penciptaan stimulus dilakukan pada
saat peserta didik melakukan aktivitas mengamati
fakta atau fenomena dengan cara melihat, mendengar, membaca, atau menyimak. Fakta yang disediakan dimulai dari yang
sederhana hingga fakta atau femomena yang menimpulkan kontroversi. Misalnya peserta didik diminta untuk mengamati fakta tentang beberapa teks
deskripsi, kemudian diberikan
fakta lain tentang paparan jati diri penulis dan CV seseorang yang dari segi
informasikan terlihat hampir sama tapi dengan genre yang berbeda. Dengan
demikian peserta didik tergugah untuk mencari tahu lebih lanjut tentang
fakta/fenomena tersebut dengan membaca dari berbagai sumber atau mempertanyakan
kepada pendidik.
Tahapan ini dimulai dengan peserta didik
dihadapkan pada teks dengan genre
yang sama namun bervariasi dalam fungsi sosial dan unsur kebahasaan sehingga
menimbulkan kebingungan, kemudian dilanjutkan untuk tidak memberi generalisasi,
agar timbul keinginan untuk menyelidiki alasan penulis atau penutur menggunakan
unsur kebahasaan yang berbeda, sehingga dapat mengetahui perbedaan fungsi
sosial dari teks-teks tersebut. Disamping itu pendidik harus menyiapkan
instruksi yang jelas untuk penugasan dalam setiap tahapan.
Selain itu pendidik dapat memulai kegiatan
PBM dengan mengajukan pertanyaan, anjuran membaca
buku, dan aktivitas belajar lainnya yang mengarah pada persiapan pemecahan
masalah. Stimulasi pada tahap ini berfungsi untuk
menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat mengembangkan dan membantu
peserta didik dalam mengeksplorasi bahan. Dalam hal ini Bruner memberikan
stimulasi dengan menggunakan teknik bertanya yaitu dengan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan yang dapat menghadapkan peserta didik pada kondisi
internal yang mendorong eksplorasi. Dengan demikian seorang pendidik harus
menguasai teknik-teknik dalam memberi stimulus kepada peserta didik agar tujuan
mengaktifkan peserta didik untuk mengeksplorasi dapat tercapai.
b) Menyiapkan pernyataan masalah
Setelah dilakukan stimulasi langkah
selanjutya adalah pendidik memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mengidentifikasi sebanyak mungkin agenda-agenda masalah yang relevan
dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan dirumuskan dalam
bentuk hipotesis
(jawaban sementara atas pertanyaan masalah) (Syah 2004:244). Sedangkan menurut
permasalahan yang dipilih itu selanjutnya harus dirumuskan dalam bentuk
pertanyaan, atau hipotesis, yakni pernyataan (statement) sebagai jawaban
sementara atas pertanyaan yang diajukan. Memberikan kesempatan peserta didik
untuk mengidentifikasi dan menganalisa permasasalahan yang mereka hadapi,
merupakan teknik yang berguna dalam membangun peserta didik agar mereka
terbiasa untuk menemukan suatu masalah.
c) Mengumpulkan data
Ketika eksplorasi berlangsung pendidik juga
memberi kesempatan kepada para peserta didik untuk mengumpulkan informasi
sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau tidaknya hipotesis
(Syah, 2004:244). Dalam hal ini informasi ang dikumPada tahap ini berfungsi
untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis, dengan demikian peserta didik
diberi kesempatan untuk mengumpulkan (collection)
berbagai informasi yang relevan, membaca literatur, mengamati objek, wawancara
dengan nara sumber, melakukan uji coba sendiri dan sebagainya. Konsekuensi dari tahap ini adalah peserta
didik belajar secara aktif untuk menemukan sesuatu yang berhubungan dengan
permasalahan yang dihadapi, dengan demikian secara tidak sengaja peserta didik
menghubungkan masalah dengan pengetahuan yang telah dimiliki
d) Mengolah Data
Menurut Syah (2004:244) pengolahan data
merupakan kegiatan mengolah data dan informasi yang telah diperoleh para
peserta didik baik melalui wawancara, observasi, dan sebagainya, lalu
ditafsirkan. Semua informai hasil bacaan, wawancara, observasi, dan sebagainya,
semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, bahkan bila perlu
dihitung dengan cara tertentu serta ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu
(Djamarah, 2002:22). Data processing disebut juga dengan pengkodean coding/
kategorisasi yang berfungsi sebagai pembentukan konsep dan generalisasi. Dari
generalisasi tersebut peserta didik akan mendapatkan pengetahuan baru tentang
alternatif jawaban/ penyelesaian yang perlu mendapat pembuktian secara logis
e) Memverifikasi data
Pada tahap ini peserta didik melakukan pemeriksaan secara cermat untuk membuktikan benar atau
tidaknya hipotesis yang ditetapkan tadi dengan temuan alternatif, dihubungkan
dengan hasil data processing
(Syah, 2004: 244). Verifikasi menurut Bruner, bertujuan agar proses belajar
akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan atau pemahaman
melalui contoh-contoh yang ia jumpai dalam kehidupannya. Berdasarkan hasil
pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang ada, pernyataan atau hipotesis
yang telah dirumuskan terdahulu itu kemudian dicek, apakah terjawab atau tidak,
apakah terbukti atau tidak
f) Menarik kesimpulan
Tahap generalisasi/ menarik kesimpulan adalah
proses menarik sebuah kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku
untuk semua kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil
verifikasi (Syah, 2004: 244). Berdasarkan hasil verifikasi maka dirumuskan
prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi. Setelah menarik kesimpulan peserta
didik harus memperhatikan proses generalisasi yang menekankan pentingnya
penguasaan pelajaran atas makna dan kaidah atau prinsip-prinsip yang luas yang
mendasari pengalaman seseorang, serta pentingnya proses pengaturan dan
generalisasi dari pengalaman-pengalaman itu.
Pemilihan
model discovery learning memerlukan
persyaratan pendukung untuk mereduksi kelemahan yang sering ditemukan, antara
lain:
a) Secara klasikal peserta didik memiliki
kecerdasan/kecakapan awal yang lebih dengan keterampilan berbicara dan menulis
lebih baik. Bagi peserta didik yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan
abstrak atau berfikir atau mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep, yang
tertulis atau lisan, sehingga pada gilirannya akan menimbulkan frustasi.
b) Jumlah peserta didik tidak terlalu banyak,
karena untuk melakukan pembelajaran jumlah peserta didik yang banyak, karena
membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori atau
pemecahan masalah lainnya.
c) Pemilihan materi dengan kompetensi dominan
pada pemahaman.
d) Perlu fasilitas memadai seperti sumber,
media, dan peralatan pembelajaran.
Manfaat pemilihan model discovery
learning antara lain:
a) Membantu peserta didik untuk memperbaiki dan
meningkatkan keterampilan-keterampilan dan proses-proses kognitif. Usaha
penemuan merupakan kunci dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara
belajarnya.
b) Pengetahuan yang diperoleh besifat pribadi, dan
ampuh karena menguatkan pengertian, ingatan, dan transfer.
c) Menimbulkan rasa senang pada peserta didik,
karena tumbuhnya rasa penyelidikan dan berhasil.
d) Memungkinkan peserta didik berkembang dengan
cepat dan sesuai dengan dengan keecepatannya sendiri.
e) Menyebabkan peserta didik mengarahkan
kegiatan belajarnya dengan melibatkan akal dan motivasinya.
f) Membantu peserta didik memperkuat konsep
dirinya, karena memperoleh kepercayaan diri bekerjasama dengan yang lainnya.
g) Membantu peserta didik menghilangkan keraguan
karena mengarah pada kebenaran yang final yang dialami dalam keterlitbatan
kegiatannya.
h) Mendorong peserta didik berfikir secara
intuitif, inisiatif, dalam merumuskan hipotesis.
i) Dapat mengembangkan bakat, motivasi, dan
keingintahuan.
j) Kemungkinan peserta didik belajar dengan
memanfaatkan belajar dari berbagai jenis sumberbelajar.
Langkah-Langkah
Pemilihan Model Pembelajaran
Pemilihan
model pembelajaran (discovery learning,
project based learning, atau problem
based learning) sebagai pelaksanaan pendekatan saintifik pembelajaran
memerlukan analisis yang cermat sesuai dengan karakteristik kompetensi dan
kegiatan pembelajaran dalam silabus. Pemilihan model pembelajaran
mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut:
(1) Karakteristik pengetahuan yang dikembangkan
menurut kategori faktual, konseptual, dan prosedural. Pada pengetahuan faktual
dan konsepetual dapat dipilih discovery
learning, sedangkan pada pengetahuan prosedural dapat dipilih project based learning dan problem based learning.
(2) Karakteristik keterampilan yang tertuang pada
rumusan kompetensi dasar dari KI- 4. Pada keterampilan abstrak dapat dipilih discovery learning dan problem based
learning, sedangkan pada keterampilan konkrit dapat dipilih project based learning.
(3) Pemilihan ketiga model tersebut
mempertimbangkan sikap yang dikembangkan, baik sikap religious (KI-1) maupun sikap sosial (KI-2)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar